Setiap anak wajib berbakti kepada ibu bapak, lebih-lebih lagi bagi
orang Islam yang sangat dituntut untuk berbuat baik terhadap orang
tuanya.
Ini sebagaimana ditegaskan pada ayat 36, dari surah an-Nisa yang artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada orang tua (ibu bapak)”
Penegasan ini disusuli dengan sabda Rasulullah s.a.w sebagaimana
dinyatakan oleh at-Tabrani, artinya: “Berbaktilah kamu kepada dua ibu
bapak kamu agar anak-anakmu kelak akan berbakti kepadamu. Dan
peliharalah dirimu daripada perzinaan agar isteri-isterimu memelihara
diri nya.”
Berbakti kepada ibu bapak adalah wajib karena ia hukum Allah. Anak
yang enggan berbakti kepada dua ibu bapanya dianggap anak derhaka dan
perbuatan derhaka adalah dosa besar.
Derhaka kepada ibu bapak termasuk dalam empat dosa besar. Keadaan ini
jelas berdasarkan kata-kata nabi yang dinyatakan Bukhari:
“Sebesar-besar (daripada) dosa besar adalah me nyekutukan Allah,
membunuh manusia, derhaka kepada ibu bapak dan menjadi saksi palsu.”
Perintah Islam supaya anak berbuat baik kepada ibu bapak adalah
perintah yang wajar. Baru saja tiga bulan hamil, si ibu menghadapi
pelbagai keperitan. Badan selalu letih, kepala pening dan selalu loya.
Apabila kandungan semakin besar, hatinya diganggu was-was, khuatir
dan penuh persoalan. Apa akan terjadi kepada anak yang bakal dilahirkan?
Apakah laki-laki atau perempuan? Apakah sempurna anggotanya badannya?
Tiba detik melahirkannya, perasaan ibu bertambah gelisah. Khawatir
keselamatan diri dan anak sentiasa menghantui fikiran. Tetapi segala
kerisauan, kebimbangan dan kesakitan terobati ketika mendengar tangisan
bayi yang dilahirkan.
Dimulai ari anak yang sebesar telapak tangan itu, ibu bapak tidak
pernah mengeluh membesarkan anaknya dengan kasih sayang tidak terbagi.
Makan, minum, pakaian, pendidikan dan segala keperluan dipenuhi,
sehingga anak kecil tadi menjadi seorang kanak-kanak, remaja dan dewasa
sebanding dengan ibu bapaknya.
Jasa ibu bapaklah menjadikan si anak mengenal dan mengecap nikmat
dunia, dapat menggali khazanah dunia serta mendalami ilmu lain. Justru,
sudah selayaknya ibu bapak dimuliakan, dibaluti dengan kasih sayang
sebagaimana mereka mencurahkan kasih kepada anaknya yang kecil dulu.
Anak yang enggan berbakti kepada ibu bapak adalah anak durhaka, yang
menerima balasan buruk. Ini sebagaimana dapat dipahami dari hadis yang
diceritakan Tabrani: “Dua (kejahatan) yang akan dibalas oleh Allah di dunia ini adalah zina dan derhaka kepada dua ibu bapa.”
Ada banyak contoh yang memberi pelajaran betapa azab yang ditanggung
anak durhaka di dunia. Siksa ini datang dalam bentuk penderitaan, baik
rohani atau jasmani, sukar mencari nafkah, gagal mendapatkan pekerjaan
dan tiada ketenteraman dalam kehidupan.
Kisah Wail bin Khattab pada zaman Nabi Muhammad s.a.w, satu peristiwa
yang dapat dijadikan teladan. Disebabkan terlalu mencintakan isteri,
Wail selalu mencaci ibunya, mempercayai segala yang dilaporkan isterinya
berkaitan ibunya.
Waktu Wail menghadapi kematian, dia mengalami penderitaan sakit yang
tidak terhingga. Dia sekarat hingga keluar keringat dingin membasahi
seluruh badan. Mati tidak, sembuh pun tidak ada harapan.
Selama berpuluh hari dia berada dalam keadaan demikian. Matanya merah
menyala, mulutnya terbuka lebar tetapi kerongkongnya tersumbat sehingga
tidak terdengar jeritan, manakala kaki dan tangannya kaku.
Sahabat menunggu kematiannya, namun tidak tiba. Mereka berasa terharu
melihat penderitaan yang dihadapi Wail. Mereka bersilih ganti
mengajarkan Wail mengucap kalimah syahadah, namun semuanya buntu.
Wail mencoba segala upaya mengucap dua kalimah syahadah tetapi yang
kedengaran dari mulutnya hanya perkataan “oh, oh, oh, oh”. Keadaan
semakin mengerikan.
Akhirnya seorang sahabat Ali bin Abi Talib menemui Nabi dan
menceritakan keadaan Wail. Nabi Muhammad meminta Ibunda Wail dijemput
menemui beliau. Nabi ingin mengetahui bagaimana keadaan dan perlakuan
Wail terhadap ibunya sebelum sakit.
Ketika ditanya, ibu Wail menyatakan anaknya sentiasa mencaci lantaran
hasutan isterinya. Dia percaya dan mengikut apa saja yang dilaporkan
isterinya tanpa usul periksa. Ini menyebabkan ibunya berasa sakit hati
kepadanya.
Nabi Muhammad s.a.w memujuk Ibunda Wail supaya segera mengampuni dosa
anaknya yang durhaka. Tetapi perempuan itu berkeras tidak mau
memenuhinya. Dia berkata, air matanya belum kering lantaran perbuatan
Wail yang menyakitkan hatinya.
Melihat keadaan itu, Nabi termenung seketika. Kemudian, baginda
memerintahkan sahabat mengumpul kayu api. Wail akan dibakar hidup-hidup.
Nabi Muhammad menyatakan, jika ibu Wail tidak mau memaafkan dosa
anaknya, Wail akan menderita menghadapi maut dalam jangka masa yang
tidak pasti.
Mendengar kata-kata Nabi itu, ibu Wail segera berkata: “Wahai
Rasulullah, jangan dibakar dia. Wail anakku. Aku telah ampuni dia.
Kesalahannya aku telah maafkan.”
Menurut sahabat, setelah Wail diampuni Ibundanya, wajahnya langsung
berubah. Akhirnya dia dapat mengucap syahadah dan menghembuskan nafas
terakhir.
0 komentar:
Posting Komentar