Tampilkan postingan dengan label Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islami. Tampilkan semua postingan
Jumat, 20 April 2012

Wasiat Rasululloh s.a.w kepada Aisyah


Wasiat Rasululloh s.a.w kepada Aisyah
Saiyidatuna ‘Aisyah r.’a meriwayatkan : Rasulullah SAW bersabda “Hai Aisyah, aku berwasiat kepada engkau. Hendaklah engkau senantiasa mengingat wasiatku ini. Sesungguhnya engkau akan senantiasa di dalam kebajikan selama engkau mengingat wasiatku ini…”
Intisari wasiat Rasulullah s.a.w tersebut dirumuskan seperti berikut: Hai, Aisyah, peliharalah diri engkau. Ketahuilah bahwa sebagian besar daripada kaum engkau (kaum wanita) adalah menjadi kayu api di dalam neraka. Diantara sebab-sebabnya ialah mereka itu :
  1. Tidak dapat menahan sabar dalam menghadapi kesakitan (kesusahan), tidak sabar apabila ditimpa musibah
  2. tidak memuji Allah Taala atas kemurahan-Nya, apabila dikaruniakan nikmat dan rahmat tidak bersyukur.
  3. mengkufurkan nikmat; menganggap nikmat bukan dari Allah (d) membanyakkan kata-kata yang sia-sia, banyak bicara Yang tidak bermanfaat.
Wahai, Aisyah, ketahuilah :
  1. bahwa wanita yang mengingkari kebajikan (kebaikan) yang diberikan oleh suaminya maka amalannya akan digugurkan oleh Allah
  2. bahwa wanita yang menyakiti hati suaminya dengan lidahnya, maka pada hari kiamat, Allah menjadikan lidahnya tujuh puluh hasta dan dibelitkan di tengkuknya.
  3. bahwa isteri yang memandang jahat (menuduh atau menaruh sangkaan buruk terhadap suaminya), Allah akan menghapuskan muka dan tubuhnya Pada hari kiamat.
  4. bahwa isteri yang tidak memenuhi kemauan suami- nya di tempat tidur atau menyusahkan urusan ini atau mengkhiananti suaminya, akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dengan muka yang hitam, matanya kelabu, ubun-ubunnya terikat kepada dua kakinya di dalam neraka.
  5. bahwa wanita yang mengerjakan sembahyang dan berdoa untuk dirinya tetapi tidak untuk suaminya, akan dipukul mukanya dengan sembahyangnya.
  6. bahwa wanita yang dikenakan musibah ke atasnya lalu dia menampar-nampar mukanya atau merobek-robek pakaiannya, dia akan dimasukkan ke dalam neraka bersama dengan Isteri nabi Nuh dan isteri nabi Luth dan tiada harapan mendapat kebajikan syafaat dari siapa pun;
  7. bahwa wanita yang berzina akan dicambuk dihadapan semua makhluk didepan neraka pada hari kiamat, tiap-tiap perbuatan zina dengan depalan puluh cambuk dari api.
  8. bahwa isteri yang mengandung ( hamil ) baginya pahala seperti berpuasa pada siang harinya dan mengerjakan qiamul-lail pada malamnya serta pahala berjuang fi sabilillah.
  9. bahwa isteri yang bersalin ( melahirkan ), bagi tiap-tiap kesakitan yang dideritainya diberi pahala memerdekakan seorang budak. Demikian juga pahalanya setiap kali menyusukan anaknya.
  10. bahwa wanita apabila bersuami dan bersabar dari menyakiti suaminya, maka diumpamakan dengan titik-titik darah dalam perjuangan fisabilillah.
 

Kisah Teladan

erva kurniawan 1:12 am pada 7 Maret 2012 Permalink | Balas  

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW beliau bersabda: “Menguap itu dari Syaitan. Maka apabila seseorang di antara kamu menguap, hendaklah ditahannya sedapat mungkin. Sesungguhnya jika seseorang di antara kamu mengatakan “ha” lantaran menguap, tertawalah syaitan.” [Bukhari]
Hadis dari Abu Hurairah r.a: Diriwayatkan daripada Nabi s.a.w katanya: Seorang lelaki berkata: Aku akan memberikan sedekah pada malam ini. Lalu dia keluar membawa sedekahnya dan meletakkannya di tangan seorang perempuan yang berzina yaitu pelacur. Keesokannya orang banyak memperbincangkan mengenai perempuan tersebut yang telah diberikan sedekah pada malam tadi. Lelaki itu berkata: Wahai Tuhanku! Hanya buatMu segala puji-pujian! Sedekahku telah aku berikan kepada wanita yang berzina. Aku akan bersedekah lagi, lalu dia keluar membawa sedekahnya dan meletakkannya di tangan orang kaya. Keesokan harinya orang banyak memperbincangkan mengenai seorang kaya yang telah diberikan sedekah. Lelaki itu berkata: Wahai Tuhanku! Hanya buatMu segala puji-pujian. Sedekahku telah aku berikan kepada seorang yang kaya. Aku akan bersedekah lagi, lantas dia keluar dengan membawa sedekah dan meletakkannya di tangan seorang pencuri. Esoknya orang banyak mulai bercakap-cakap mengenai seorang pencuri telah diberikan sedekah. Dia berkata: Wahai Tuhanku! Hanya buatMu segala puji-pujian! Sedekahku telah aku berikan kepada seorang perempuan zina, pada orang kaya dan pada pencuri. Lalu dia didatangi seseorang dan dikatakan kepadanya: Sedekahmu benar-benar telah diterima. Boleh jadi perempuan zina itu berhenti dari berzina kerana sedekahmu. Orang kaya itu pula dapat mengambil pelajaran dan mau membelanjakan sebagian dari harta yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya dan mungkin juga pencuri itu akan berhenti dari mencuri karena sedekahmu itu. [Bukhari/Muslim]
Dalam sebuah hadits disebutkan, yang artinya : Janganlah kamu malu bersedekah walaupun setengah Biji korma yang dapat kamu sedekahkan.
Akhirnya ….. Marilah kita memperbanyak sedekah meskipun sedikit namun ikhlas.

Kisah Yusuf dan Zulaiha

Sungguh berat malam yang panas itu dirasakan oleh Ra’il, wanita cantik yang biasa dipanggil dengan nama Zulaiha. Ia senantiasa mempercantik paras, menghias diri, dan memakai wangi-wangian. Kemudian berdiri, pagi dan petang, di beranda istananya di atas Sungai Nil, dalam kegelisahan yang tak jelas penyebabnya.
Angin sepoi bertiup tenang dan halus, seakan enggan mengusik ranting-ranting pohon bunga yang mengelilingi beranda istana itu, Zulaiha memandangi sungai dan airnya yang tenang, dan sesekali wajahnya menoleh ke atas, melihat bintang-bintang yang bertaburan di langit nan tinggi, mengelilingi bulan yang sebagian sinarnya terhalang oleh awan.
Sesaat kemudian, seorang pelayan menghampiri dengan segelas sari buah dingin untuknya, tetapi sang puteri menolak dan malah memerintahkan pelayan itu untuk kembali. Nafasnya semakin menyesakkan, serasa hampir-hampir mencekik lehernya. Dia sendiri tidak tahu apa yang digelisahkannya. Kecantikan? Bukan! Dia wanita tercantik di seluruh Mesir. Anak? Mungkin itu benar, sebab sampai saat ini ia belum dikaruniai seorang anak pun.
Sebenarnya ia dapat saja mengambil anak angkat yang disukainya, sebab ia orang terkaya di negeri itu. Tapi naluri keibuannya ternyata menentang niatnya. Dia ingin mengandung dan melahirkan puteranya sendiri, sebagaimana wanita-wanita lain. Tapi suratan takdir menghendaki lain, suaminya tidak kuasa mengubah impiannya menjadi kenyataan.
Berkecamuklah semua fikiran itu di kepalanya. Ia terlena dalam lamunannya, sampai suara halus suaminya tiba-tiba mengejutkan hatinya.
“Ra’il, isteriku yang cantik, bergembiralah!” Kata suaminya sambil menunjukkan sesuatu.
Zulaiha menoleh kepada suaminya, dan betapa terkejut ketika ia lihat suaminya datang bersama seorang anak kecil.
“Siapa namamu?” tanya Zulaiha. Dengan suara yang hampir-hampir tidak terdengar, anak itu menjawab, “Yusuf”.
Al-Aziz, suami Zulaiha, kemudian mengikutinya dari belakang serta berkata, “Telah kubeli ia dari kafilah yang kutemui disebuah telaga di padang pasir. Berikanlah kepadanya tempat dan layanan yang baik, boleh jadi ia bermanfaat bagi kita, atau kita pungut ia sebagai anak”.
Isteri al-Aziz tidak mengetahui takdir apa yang bakal terjadi antara dia dan anak itu di hari-hari yang akan datang. Yang jelas ia merasa senang atas kedatangan anak itu, dan hilanglah kesedihan yang selama ini menghimpit dadanya. Hari-hari berlalu. Yusuf semakin besar dan menjadi dewasa. Wajahnya tampak semakin tampan. Isteri Aziz tidak mengerti kebahagiaan apa yang meresap di hatinya setiap kali ia memandang Yusuf, dan kesedihan yang menghantuinya ketika Yusuf hilang dari pandangannya.
Setiap kali malam tiba, dan Yusuf pergi ke kamar tidurnya, Zulaiha merasa ada sesuatu yang mengusik lubuk jiwanya, sehingga kadang kala ia bangun meninggalkan suaminya yang sedang tidur, kemudian pergi ke pintu kamar Yusuf. Zulaiha berdiri di pintu kamar Yusuf beberapa saat. Dalam hatinya timbul keraguan: apakah sebaiknya ia masuk menemui Yusuf seperti yang diinginkannya, ataukah ia kembali ke tempatnya sendiri di samping suaminya.
Fikiran seperti itu selalu mengganggu hatinya semalaman, sampai cahaya matahari pagi terlihat masuk melalui jendela-jendela kamarnya. Jika sudah demikian, ia kembali ke kamar suaminya.
Setiap kali pandangannya bertemu dengan pandangan Yusuf, ia merasakan keinginan yang kuat untuk selalu berada dekat pemuda itu, dan tak ingin rasanya berpisah untuk selama-lamanya. Namun, hati kecilnya berkata bahwa Yusuf tidak memendam perasaan yang sama seperti perasaannya. Pertanyaan yang selalu mengusik kalbunya adalah: Apakah Yusuf mencintainya sebagaimana ia mencintai Yusuf? Apakah Yusuf memendam perasaan seperti yang dipendamnya? Meskipun hati kecilnya berkata bahwa Yusuf tidak menampakkan sikap seperti itu, ia tidak mau mendengar jawaban itu.
Pada suatu petang, isteri Aziz merasa tidak kuasa lagi hanya berdiri di ambang cinta yang disimpannya kepada Yusuf. Ia kemudian berdiri dimuka cermin, mengagumi kecantikan parasnya, seraya berkata kepada dirinya sendiri, “Adakah, di seluruh Mesir ini, wanita yang kecantikannya melebihi kecantikanku, sehingga Yusuf menghindar dariku? Tidak boleh tidak, wahai, Yusuf, hari ini aku akan menjumpaimu dengan segala macam bujukan dan rayuan, sampai engkau tunduk kepadaku”.
Kemudian ia membuka lemari, dan matanya mengamati setumpuk pakaian di dalamnya. Dipilihnya salah satu gaunnya yang paling indah, berwarna merah dengan model yang membangkitkan gairah laki-laki. Manakala gaun itu dikenakan, maka sebagian auratnya yang seharusnya tersembunyi akan tampak. Itulah yang justru dikehendakinya. Kemudian ia memakai wangi wangian di sekujur tubuhnya, yang menyebabkan seorang lelaki akan bergairah karena baunya.
Setelah itu, ia atur rambutnya seindah-indahnya di malam yang sunyi itu. Setelah menyelesaikan dan menyempurnakan dandanannya, Zulaiha mengamati sekelilingnya, hingga ia benar-benar yakin bahwa tidak ada seorang pun pelayannya yang masih menunggunya di situ; semuanya sudah lelap di kamarnya masing-masing di kegelapan malam itu. Ia pun tahu bahwa suaminya sedang memenuhi panggilan seorang hakim Mesir dan sibuk dengan urusan-urusannya, sehingga tidak mungkin ia akan kembali sebelum fajar pagi tiba.
Setelah segalanya beres, pergilah ia menuju kamar Yusuf. Didapatinya pintu kamar itu tertutup dan lampunya sudah dimatikan. Dengan perlahan ia mengetuk; satu kali, dua kali … dan tiga kali. Tak lama kemudian, Yusuf pun bangun menyalakan lampu dan membukakan pintu. Alangkah terkejutnya Yusuf ketika ia melihat isteri al-Aziz sudah berada di hadapannya. Tapi ia tidak berkata apa-apa kecuali hanya diam menunduk.
Tiba-tiba Zulaiha masuk ke dalam, mendekatinya dengan ramah, dan memegang tangannya sambil menutup pintu kamar. Zulaiha merasakan kegelisahan, ketakutan, dan tak kuasa menatap pandangan kedua mata Yusuf. Ia lalu berpaling ke arah Yusuf, sedangkan Yusuf selalu berusaha menjauh darinya.
Isteri al-Aziz kemudian berkata, “Apakah maksud semua ini, hai, Yusuf? Janganlah engkau menjauh dariku, sehingga aku binasa karena rindu kepadamu”.
Yusuf diam tanpa jawaban.
Isteri al-Aziz mendekatinya lagi seraya berkata, “Aduhai, Yusuf, betapa indahnya rambutmu!”
Yusuf menjawab, “Inilah sesuatu yang pertama kali akan berhamburan dari tubuhku setelah aku mati”.
“Aduhai, Yusuf, betapa indahnya kedua matamu!” Bujuk isteri al-Aziz lagi.
“Keduanya ini adalah benda yang pertama kali akan lepas dari kepalaku dan akan mengalir di muka bumi!”
Isteri al-Aziz berkata lagi, “Betapa tampannya wajahmu, hai, Yusuf”.
“Tanah kelak akan melumatnya,” Jawab Yusuf.
Kemudian Zulaiha berkata kepadanya, “Telah terbuka tubuhku karena ketampanan wajahmu”.
“Syaitan menolongmu untuk berbuat hal itu!” Kata Yusuf.
“Yusuf! Bagaimanapun aku harus mendapatkan apa yang selama ini kudambakan, dan kini aku datang karenanya”. Kata Zulaiha.
Yusuf menjawab: “Ke manakah aku akan lari dari murka Allah jika aku mendurhakaiNya?”
Isteri al-Aziz sadar bahwa Yusuf benar-benar tidak mau memenuhi apa yang ia inginkan. Maka, ia pun lebih mendekat lagi, dan meletakkan badan Yusuf di atas dadanya. Ia berharap Yusuf akan tertarik kepadanya dan mau memenuhi keinginannya. Akan tetapi, di luar dugaannya, Yusuf malah menghindar darinya dan segera berlari hendak keluar dari kamar itu.
Isteri al-Aziz tak habis berfikir mengapa Yusuf sedemikian keras mempertahankan kesuciannya di hadapan wanita cantik yang telah siap melayaninya, bahkan lari menjauh darinya. Ia lalu mengejar Yusuf dari belakang untuk memaksanya. Ketika sudah sangat dekat, dipegangnyalah bagian belakang baju Yusuf dan ditariknya kuat-kuat. Dengan penuh kemarahan, ia melarang Yusuf keluar dari kamar.
Akhirnya, Koyaklah bagian belakang baju Yusuf.
Pada saat yang sama, tiba-tiba al-Aziz sudah berada di hadapan mereka berdua, bersama saudara sepupu Zulaiha. Dengan serta merta isteri al-Aziz berkata: “Apakah hukuman bagi orang yang akan berbuat serong kepada isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksaan yang pedih?” Dengan perkataan itu, Zulaiha bermaksud menyatakan bahwa Yusuf telah berbuat yang melampaui batas atas dirinya.
Al-Aziz sangat marah atas terjadinya peristiwa memalukan itu. Karena tidak menduga hal itu dilakukan oleh Yusuf, seorang anak terlantar yang telah dibelinya, dipeliharanya, dan dikasihinya seperti kasih sayang seorang ayah kepada puteranya sendiri. Tidak mungkin hal itu bisa terjadi?
Yusuf sadar bahwa isteri al-Aziz telah berkata dusta tentang dirinya dan menuduhnya dengan tuduhan palsu. Maka, segeralah Zulaiha berkata kepada al-Aziz: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)”. Allah ternyata menghendaki bebasnya Yusuf dari tuduhan wanita itu. Seorang bayi yang masih menyusu, anak salah seorang keluarga Zulaiha yang ketika itu datang ke istana, tiba-tiba berkata, “Jika bajunya koyak di bagian muka, maka wanita itulah yang benar dan Yusuf termasuk orang-orang dusta. Dan jika bajunya koyak di bagian belakang, maka wanita itulah yang dusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar”.
Mendengar itu, segeralah al-Aziz menghampiri Yusuf untuk melihat bajunya. ketika didapatinya baju Yusuf koyak di bagian belakang (karena tarikan isterinya), mengertilah al-Aziz akan pengkhianatan isterinya dan bersihnya Yusuf dari tuduhan itu. Kemudian ia berkata: “Sungguh, inilah tipu muslihatmu. Sungguh dahsyat tipu muslihatmu!”
Kemudian ia memandang Yusuf seraya berkata: “Hai, Yusuf, berpalinglah dari ini!” Maksud perkataan itu adalah agar Yusuf tidak memberitakan aib yang terjadi atas diri isterinya itu, sehingga tidak terdengar oleh orang ramai. Sedangkan kepada isterinya ia berkata: “Dan (kamu, hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang berbuat salah”.
“Celakalah kamu, Yusuf!” Kata isteri al-Aziz dengan kemarahan yang memuncak, karena Yusuf menolak kecantikan dan kebesarannya. “Tidak! aku tak akan membiarkanmu, Yusuf. Bagaimana pun akan kucari jalan lain yang dapat mempedayakanmu, hingga kamu memenuhi apa yang kukehendaki…”
Hari-hari pun berlalu, dan al-Aziz yang kalah dalam urusan itu berusaha memohon kerelaan isterinya menghadapi kenyataan itu, sementara sang isteri menyanggahnya dengan dalih bahwa suaminya telah menjatuhkan martabat dan kemuliaannya. Zulaiha tahu benar bahwa setiap kali ia menampakkan Kebenciannya kepada suaminya,sang suami benar-benar Berusaha mendekati dan membujuknya karena ia sangat mencintainya dan merasa lemah di hadapan kecantikan wajahnya dan ketinggian peribadinya, yang sebenarnya bersifat mulia.
Yusuf sendiri akhirnya berdiam sepanjang hari di dalam kamarnya, karena peristiwa aib itu terjadi di situ. Ia tidak keluar dari kamarnya kecuali ada suatu pekerjaan penting yang ditugaskan oleh tuannya, al-Aziz.
Hari-hari yang berat dan keras selalu menghantui isteri al-Aziz. Ia menanti datang suatu peluang untuk kembali melakukan tipu dayanya atas diri Yusuf, sebab apa yang baru terjadi itu justru menambah rasa cinta dan keinginan untuk berhubungan dengan Yusuf, meskipun secara terang-terang ia telah berdusta atas diri Yusuf untuk menghilangkan keraguan suaminya terhadapnya.
Hari demi hari dirasakan oleh isteri al-Aziz dengan berat dan terasa lambat berjalan. Di kota, beberapa peristiwa yang tak terduga telah terjadi. Wanita-wanita di Mesir, ketika itu, tidak ada pembicaraan lain kecuali tentang peristiwa aib antara isteri al-Aziz dan Yusuf. Yang sungguh mengherankan, bagaimana peristiwa itu dapat tersebar di seluruh kota, padahal semua pihak di istana al-Aziz berusaha merahasiakannya.
Dugaan sementara dialamatkan kepada pelayan laki-laki istana dan sebagian pelayan wanita yang masih ada hubungan keluarga dengannya. Besar kemungkinan, merekalah yang membocorkan rahasia itu.
Langit ibu kota Mesir penuh dengan gema kisah sekitar kejadian itu. Dalam setiap kelompok wanita, tidak ada masalah lain yang dibicarakan kecuali tentang isteri al-Aziz dan Yusuf, semuanya dicurahkan tanpa segan lagi. Akhirnya, sampailah berita yang menyakitkan itu ke telinga isteri al-Aziz. Dan tentu saja hal itu menimbulkan kemarahannya yang luar biasa.
Akan tetapi, apa hendak dikata, ia tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menerima kenyataan itu dengan hati yang semakin pedih. “Betapa perjalanan hidupku menjadi sepotong roti dalam mulut wanita-wanita kota yang dipenuhi cemuhan dan ejekan.” Keluhnya dalam hati, “padahal, di hari-hari kemarin, tak seorangpun dari mereka berani menyebut namaku kecuali dengan segala penghormatan dan kemuliaan”.
Kemudian ketenangan mulai meresap di hati isteri al-Aziz, setelah jiwanya tergoncang karena kemarahan. Mulailah ia berbicara kepada dirinya sendiri:” Aku wanita, dan mereka pun wanita. Harus mereka terima hinaan sebagaimana hinaan yang mereka tujukan kepadaku. Jika mereka memperolok-olokku dengan lidahnya, maka sesungguhnya olok-olokku nanti lebih keras atas diri mereka…” Maka, keluarlah dia dari kamarnya menuju beranda istananya yang menghadap Sungai Nil.
Di tepian sungai itu, ia mulai berfikir, sementara angin lembut menerpa pepohonan bunga yang mengelilingi istana, membuat harum udara di sekitarnya. Isteri al-Aziz mulai merenung; fikirannya berputar ke sana kemari, mengikuti alunan ombak sungai yang tenang.
Tak lama kemudian, wajahnya tampak sedikit berseri, kemudian mulutnya tersenyum. Telah ditemukan satu cara untuk membereskan masalah itu. Ya, mengapa ia tidak menghentikan cemuhan wanita-wanita itu tentang dirinya dan Yusuf dalam suatu pertemuan terbuka? Mengapa ia tidak memanggil wanita-wanita itu untuk duduk bercakap-cakap seperti biasa ia lakukan sebelum ini, lalu ia perintahkan Yusuf keluar (menampakkan diri di hadapan mereka)? Nanti mereka akan sadar dan mengerti mengapa isteri al-Aziz jatuh hati kepada anak angkatnya.
Kemudian dipanggilnya semua wanita itu ke istana untuk bersukaria. Kepada mereka dipersembahkan berbagai macam buah-buahan, dan masing-masing diberi sebilah pisau sebagai alat pemotongnya. Akan dilihat oleh isteri Al-Aziz apa yang nanti bakal terjadi ketika Yusuf muncul secara tiba-tiba di tengah-tengah mereka.
Heranlah kebanyakan wanita bangsawan terhadap panggilan isteri al-Aziz itu. Mereka menyaksikan suasana yang lain dari biasanya. Ruangan istana, ketika itu, dihiasi dengan penuh kemegahan. Wanita-wanita yang hadir duduk di kursi yang indah. Di hadapan mereka masing-masing terdapat sepinggan buah segar dan sebilah pisau pemotongnya.
Semua pandangan hadirin ditujukan kepada barang-barang yang ada dalam ruangan istana itu. Semuanya diam membisu, tak ada yang berani berbicara dengan jelas tentang apa yang tersimpan di dada dan mulailah isteri Aziz membuka acara. Pembicaraan hanya berkisar tentang buah dan masalah-masalah pesta ria itu, sama sekali jauh dari masalah peristiwa dirinya dengan Yusuf. Ia berkata bahwa segala yang disediakannya kali ini dimaksudkan sebagai kejutan bagi wanita-wanita itu.
Di antara wanita-wanita yang hadir dalam jamuan itu, ada salah seorang yang menyindir. Dengan cara yang cerdik, ia berkisah kepada hadirin tentang seorang pemudi yang jatuh cinta, dan mati dalam kesedihan karena laki-laki yang meminangnya tewas di medan perang melawan musuh-musuh negerinya. Tetapi isteri al-Aziz, dengan lebih cerdik, mengalihkan pembicaraan ke masalah-masalah lain.
Kemudian ia berkata kepada Yusuf, “Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka.”
Maka, keluarlah Yusuf dari tempatnya menuju jamuan wanita-wanita itu. Betapa terkejutnya wanita-wanita itu demi melihat ketampanan Yusuf. Mereka pada tercengang dan keheranan. Dan tanpa disadari, mereka memotong jari-jari mereka sendiri dengan pisau. Mereka mengira sedang memotong buah, padahal tidak dirasakan darah mengalir dari tangan mereka. Lama-kelamaan mereka baru ingat dan menyadari apa yang telah mereka lakukan, kemudian berkata, “Maha Besar Allah. Ini bukanlah manusia. Ia tiada lain adalah malaikat yang mulia”.
Ketika itu wajah isteri al-Aziz menahan sedih dan duka. Berubahlah wajah nan cantik itu menjadi marah. Ia berkata seraya menunjuk kepada Yusuf: “Itulah orang yang menyebabkan aku di cela karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menginginkan dirinya, tetapi ia menolak. Dan (sekarang) jika dia tidak mentaati apa yang kuperintahkan, niscaya ia akan dipenjarakan dan dia akan menjadi orang yang hina”.
Yusuf mendengar apa yang dikatakan oleh isteri Aziz dengan sikap yang tenang dan tabah, di hadapan wanita-wanita kota. Ia pun mendengar keinginan setiap wanita yang hadir, sebagaimana keinginan isteri al-Aziz terhadapnya. Sambil berlindung kepada Allah, Yusuf berkata, “Tuhanku! Penjara lebih kusukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Allah hindarkan aku dari tipu daya mereka, tentulah aku tertarik kepada mereka. Dan tentulah aku termasuk orang yang jahil”. Allah meneguhkan hamba-hamba-Nya yang mukmin serta berlindung dan berpegang dengan kebenaran yang diperintahkan oleh-Nya Maka, Tuhan memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar dan Yang Maha Mengetahui”.
Pulanglah wanita-wanita kota itu dengan tangan mereka berlumuran darah. Mereka semua akhirnya sedar bahwa Zulaiha, isteri al-Aziz, terhalang cintanya kepada Yusuf. Yusuf kemudian meninggalkan ruangan itu dan pergi ke kamarnya. Isteri al-Aziz tampak duduk sambil berfikir. Ia memang menghendaki kehinaan atas wanita-wanita yang menghina dirinya dengan Yusuf, dan hal itu telah selesai ia lakukan. Menanglah ia dengan suatu kemenangan yang dapat menyembuhkan sakit hatinya.
Akan tetapi, setelah ia lebih dalam berfikir, ia sadari bahwa perasaan yang ditanggungnya selama ini adalah suatu sebab yang berat baginya. Ia berbicara dengan dirinya sendiri:”Yusuf telah menghindar dariku dua kali; sekali dikamarnya dan sekali di hadapan wanita-wanita kota. Sesungguhnya wanita-wanita kota itu pun mencintai Yusuf sebagaimana aku, tetapi semuanya tidak memperoleh sesuatu darinya. Ancamanku kepadanya tidak ditakutinya. Celakalah kamu meskipun aku mencintaimu.”
Pergilah isteri al-Aziz menemui suaminya. Al-Aziz kemudian bertanya tentang jamuan yang diadakannya. Isterinya menjelaskan bahwa jamuan itu hanya menambah keburukan baginya.
“Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Tanya Al-Aziz.
“Jika Yusuf tidak disembunyikan dari seisi istana dan kota, dia akan selalu berbicara tentang apa yang memburukkanku…” Jawabnya.
Maka, mendekatlah al-Aziz kepada isterinya seraya berkata. “Bagaimana engkau bisa rela dengan apa yang memburukkanmu?”
Gemetarlah badan wanita itu, dan kemudian berkata: “Kalau begitu, masukkanlah Yusuf ke dalam penjara, sehingga semua orang akan melupakannya”.
Al-Aziz menyetujui usul isterinya itu. Tak lama kemudian, beberapa pengawal istana membawa Yusuf ke penjara. Tatkala Yusuf keluar dari pintu istana, isteri al-Aziz berdiri di belakang jendela kamarnya sambil memandanginya. Ia merasa seolah-olah sebagian dari hatinya tercabut, meskipun dialah yang mendesak suaminya agar memasukkan Yusuf ke dalam penjara.
Tiap hari berlalu, dan kesedihan selalu mewarnai wajah isteri al-Aziz, sementara suaminya hanya bisa melihat hal itu dengan sikap diam dan tidak kuasa berbuat sesuatu. Wanita itu bertanya kepada dirinya sendiri: “Salahkah aku tatkala menyuruh al-Aziz memasukkan Yusuf ke dalam penjara? Ya, kuharamkan diriku melihat Yusuf… “Sekali lagi ia berfikir dalam kegelisahannya: “Tetapi, apakah aku bersalah dalam urusan itu?” Ia menyanggah dirinya sendiri untuk lepas dari azab, seperti seorang dermawan yang haus,tetapi tidak sanggup menjangkau air yang dipikul di bahunya sendiri.
Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berjalan tanpa sepi dari cerita isteri al-Aziz dengan Yusuf. Pada suatu hari, datanglah utusan raja, memerintahkannya untuk datang keistana. Isteri al-Aziz sangat heran, sebab hal itu belum terjadi sebelumnya. Ia bertanya kepada suaminya apa kira-kira yang menyebabkan sang raja memanggilnya ke istana.
Al-Aziz menjawab, “Mungkin ada urusan yang berhubungan dengan Yusuf.”
Mendengar nama Yusuf disebut lagi, lenyaplah segala dugaan. Tetapi, benarkah raja hanya berkehendak untuk berbicara dengannya tentang Yusuf?
Dengan penuh pertanyaan di benaknya, pergilah isteri al-Aziz menuju istana raja. Di sana didapatinya wanita-wanita yang telah memotong tangannya beberapa waktu yang lalu, semuanya menghadap Raja Mesir. Sementara itu, sang raja memandangi wajah para wanita itu satu persatu, kemudian mengajukan pertanyaan singkat kepada wanita-wanita itu: “Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?” Mereka menjawab serentak: “Kami tiada mendapati suatu keburukan padanya (Yusuf)”.
Tiba-tiba, tanpa diminta oleh Raja, isteri al-Aziz berbicara. Ia merasa telah tiba saatnya untuk berbicara terus terang perihal itu, agar hilang semua beban dosa karena tindakan aniayanya terhadap Yusuf. Di hadapan Raja, wanita-wanita kota, dan seluruh yang hadir di situ, ia menerangkan: “Sekarang jelaslah kebenaran itu. Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar”. (Yusuf berkata), “Yang demikian itu agar dia (al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya dan bahwasanya Allah tidak merestui tipudaya orang-orang yang berkhianat. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang”.
Terjadi perbedaan pendapat tentang kehidupan perempuan itu selanjutnya. Sebagian orang berpendapat bahwa sejak itu isteri al-Aziz hidup bersama kesedihan dan putus asa karena ingatannya kepada Yusuf.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa isteri al-Aziz itu akhirnya pindah ke suatu tempat yang jauh, dan tiada kabar beritanya sama sekali. Yang jelas, kehidupan wanita itu menjadi terganggu, karena cintanya kepada Yusuf.
Namun ada yang mengisahkan setelah peristiwa itu Zulaiha bertaubat kepada Allah SWT. Ketika Yusuf diutus menjadi Rasul dan penguasa menggantikan Al-Aziz, Nabi Yusuf berjumpa dengan Zulaiha yang ketika itu keadaannya sudah tua. Akhirnya Allah menjadikan Zulaiha muda remaja dan berkawin dengan Nabi Yusuf. Maka jadilah Zulaiha sebagai seorang wanita yang solehah yang sentiasa beramal kepada Allah SWT.
***
(Kisah Zulaiha ini dapat di baca dalam Al-Quran surah Yusuf ayat 21-53)

Kuda Sulaiman

Masih ingat peristiwa Nabi Sulaiman dengan sekawanan semut? Dalam peristiwa itu Nabi Sulaiman memanjatkan syukur atas kelebihan yang diberikan kepadanya. Dari seekor semut, Nabi Sulaiman mampu mengambil pelajaran untuk bersyukur kepada Allah.
Kali ini Nabi Sulaiman alaihis salam diuji Allah dengan sebuah kuda. Nabi Sulaiman terpesona dengan kuda-kuda yang tenang di saat sedang berhenti dan sangat cepat kalau sedang berlari. Saking terpesonanya melihat kuda-kuda tersebut, tanpa sadar matahari mulai beranjak meninggalkan siang. Habislah waktu shalat Ashr. Nabi Sulaiman perlahan menyadari bahwa kuda-kuda itu telah menyebabkan dia lalai dari mengingat Allah. Setelah beliau sadar akan kesalahannya. Beliau meminta kuda-kuda itu didatangkan kepadanya dan beliau potong kaki dan leher kuda itu. (QS 38: 31-33)
Banyak penafsiran mengenai kisah ini. Bagi saya, kisah ini memberi kita pelajaran bahwa tak henti-hentinya Allah menguji kita. Kali pertama, mungkin kita diuji dengan kemiskinan; pada kali berikutnya kita diuji dengan kekayaan. Pada satu saat kita diuji dengan sebuah penyakit; di lain kejap kita dicoba dengan kesehatan yang kita miliki. Semut yang melintas didepan kita, sekawanan kuda yang berlari dengan cepat, mobil yang kita miliki (setelah menabung bertahun-tahun), anak yang dititipi Tuhan kepada kita, jabatan yang diamanahkan kepada kita, semuanya merupakan ujian dari Allah.
Pelajaran yang kedua yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah ketika Nabi Sulaiman memotong leher dan kaki kuda. Bagi saya, ini bisa kita tafsirkan secara simbolik. Mari kita hilangkan segala sesuatu yang bisa membawa kita ke jalan yang tidak benar atau lalai dari mengingat Allah. Dalam usul al-fiqh ini disebut sadd adz-dzari’ah. Artinya, menutup pintu yang bisa membawa kita jatuh ke dalam perbuatan yang tercela.
Sayangnya, alih-alih menutup pintu itu, kita malah membukanya lebar-lebar. Kita bukannya mencontoh perilaku Nabi Sulaiman yang segera sadar akan kelalaiannya, malah seringkali kita semakin “keasyikan” dengan perbuatan maksiat itu. Ketika orang-orang kecil sedang kelaparan, kita makin asyik dengan korupsi dan kolusi yang kita lakukan. Ketika orang menuntut pemerintahan yang bersih, kita malah keasyikan dengan nepotisme. Ketika rakyat semakin menjerit dengan melambungnya harga-harga, kita naikkan lagi harga BBM dan listrik.
Sayang, kita tidak mau belajar dari kisah Nabi Sulaiman….

Mata Yang Tidak Menangis di Hari Kiamat

Semua kaum Muslim berkeyakinan bahwa dunia dan kehidupan ini akan berakhir. Akan datang suatu saat ketika manusia berkumpul di pengadilan Allah Swt. Al-Quran menceritakan berkali-kali tentang peristiwa Hari Kiamat ini, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Ghasyiyah ayat 1-16. Dalam surah itu, digambarkan bahwa tidak semua wajah ketakutan. Ada wajah-wajah yang pada hari itu cerah ceria. Mereka merasa bahagia dikarenakan perilakunya di dunia. Dia ditempatkan pada surga yang tinggi. Itulah kelompok orang yang di Hari Kiamat memperoleh kebahagiaan.
Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah pernah bersabda, “Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah.”
Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di Hari Kiamat?
Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar hawa nafsu, bergumul dan berkelana di teinpat-tempat maksiat, dan pulang larut malam.Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah jalan, di sebuah rumah, lelaki itu mendengar sayup-sayup seseorang membaca Al-Quran. Ayat yang dibaca itu berbunyi: “Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kenudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang fasik (Qs 57: 16).
Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu mengulangi lagi bacaan itu di dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si pemuda merasakan ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan Allah karena perbuatan maksiat yang pemah dia lakukan. Kemudian ia mengubah cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya dengan mencari ilmu, beramal mulia dan beribadah kepada Allah Swt., sehingga di abad kesebelas Hijri dia menjadi seorang ulama besar, seorang bintang di dunia tasawuf.
Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar kerena mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran takut kepada Allah Swt. Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan cara membasahi matanya dengan air mata penyesalan. Mata seperti itu insya Allah termasuk mata yang tidak menangis di Hari Kiamat.
Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti telah kita ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang yang akan dilindungi di Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak mendapatkan perlindungan. Dari ketujah orang itu salah satu di antaranya adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh perempuan, tetapi dia menolak ajakan itu dengan mengatakan, “Aku takut kepada Allah”.
Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan majikannya. Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, lantaran matanya dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah Swt.
Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama Allah. Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan agamanya, dan menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai wajah-wajah yang berbahagia di Hari Kiamat nanti..
Insya Allah

Taubat Lelaki yang Sibuk

Diceritakan bahwa ada seseorang menceritakan kepada Hasan Al-Basri: “Wahai Abu Said! Di sini ada seorang lelaki yang tidak mau berkumpul dengan orang ramai. Dia sentiasa duduk sendirian saja.”
Hasan pergi kepada orang yang dimaksudkan itu dan berkata: “Wahai hamba Allah! Aku melihat engkau suka duduk menyendiri saja. Mengapa engkau tidak suka bergaul dengan orang ramai?”
“Ada suatu perkara yang telah menyibukkan aku dari berkumpul dengan manusia.”
“Sekurang-kurangnya engkau pergi kepada lelaki yang dipanggil sebagai Hasan Al-Basri dan duduk di majlis ilmunya.” kata Hasan lagi.
“Ada satu perkara yang mencegah aku dari berkumpul dengan manusia termasuk Hasan Al-Basri.” Kata lelaki itu.
“Semoga Allah merahmatimu. Apakah gerangan yang sentiasa menyibukkan engkau?”
“Aku setiap hari terjepit di antara nikmat dan dosa. Maka setiap hari diriku sibuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah dan sibuk bertaubat atas dosa-dosa tersebut.” Jawab lelaki itu.
“Wahai hamba Allah! Kalau begitu engkau lebih alim dari Hasan Al-Basri. Maka kekalkanlah amalan yang telah engkau lakukan.” Kata Hasan Al-Basri.

Kisah Nabi Adam as

Syurga yang serba nikmat
Segala kesenangan ada di dalamnya. Semua tersedia apa saja yang diinginkan, tanpa bersusah payah memperolehnya. Sungguh suatu tempat yang amat indah dan permai, menjadi idaman setiap insan. Demikianlah menurut riwayat, tatkala Allah SWT. selesai mencipta alam semesta dan makhluk-makhluk lainnya, maka dicipta-Nya pula Adam ‘alaihissalam sebagai manusia pertama. Hamba yang dimuliakan itu ditempatkan Allah SWT di dalam Syurga (Jannah).
Adam a.s hidup sendirian dan sebatang kara, tanpa mempunyai seorang kawan pun. Ia berjalan ke kiri dan ke kanan, menghadap ke langit-langit yang tinggi, ke bumi terhampar jauh di seberang, maka tiadalah sesuatu yang dilihatnya dari mahkluk sejenisnya kecuali burung-burung yang berterbangan ke sana ke mari, sambil berkejar-kejaran di angkasa bebas, bernyanyi-nyanyi, bersiul-siul, seolah-olah memamerkan kemesraan.
Adam a.s terpikat melihatnya, rindu berkeadaan demikian. Tetapi sungguh malang, siapalah gerangan kawan yang hendak diajak. Ia merasa kesepian, lama sudah. Ia tinggal di syurga bagai orang kebingungan, tiada pasangan yang akan dibujuk bermesraan sebagaimana burung-burung yang dilihatnya.
Tiada pekerjaan sehari-hari kecuali bermalas-malasan begitu saja, bersantai berangin-angin di dalam taman syurga yang indah permai, yang ditumbuhi oleh bermacam-macam bunga semerbak yang wangi, yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai bercabang-cabang, yang desiran airnya bagai mengandung pembangkit rindu.
Adam kesepian
Apa saja yg ada di dalam syurga semuanya nikmat! Tetapi apalah arti segalanya kalau hati selalu gelisah, resah di dalam kesepian seorang diri? Itulah satu-satunya kekurangan yang dirasakan Adam a.s di dalam syurga. Ia perlu akan sesuatu, iaitu kepada kawan sejenis yang akan mendampinginya di dalam kesenangan yang tak terhingga itu. Kadangkala kalau rindunya datang, turunlah ia ke bawah pohon-pohon rindang mencari hiburan, mendengarkan burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan, tetapi aduhai kasihan…bukannya hati menjadi tenteram, malah menjadi lebih tertikam. Kalau angin bertiup sepoi-sepoi basah di mana daun-daunan bergerak lemah gemulai dan mendesirkan suara sayup-sayup, maka terkesanlah di hatinya keharuan yang begitu mendalam; dirasakannya sebagai derita batin yang dalam dibalik kenikmatan yang dianugerahkan Allah kepadanya.
Tetapi walaupun demikian, agaknya Adam a.s malu mengadukan halnya kepada Allah SWT. Namun, walaupun Adam a.s malu untuk mengadu, Allah Ta’ala sendiri Maha Tahu serta Maha Melihat apa yang tersembunyi di kalbu hamba-Nya. Oleh karena itu Allah Ta’ala ingin mengusir rasa kesepian Adam.
Hawa diciptakan
Tatkala Adam a.s sudah berada di puncak kerinduan dan keinginan untuk mendapatkan kawan, sedang ia lagi duduk termenung di atas tempat duduk yang berlapiskan tilam permadani serba mewah, maka tiba-tiba ngantukpun datang menawannya serta langsung membawanya hanyut ke alam tidur.
Adam a.s tertidur nyenyak, tak sadar kepada sesuatu yang ada di sekitarnya. Dalam saat-saat yang demikian itulah Allah SWT menyampaikan wahyu kepada malaikat Jibril a.s untuk mencabut tulang rusuk Adam a.s dari lambung sebelah kiri. Bagai orang yang sedang terbius, Adam a.s tidak merasakan apa-apa ketika tulang rusuknya dicabut oleh malaikat Jibril a.s.
Dan oleh kudrat kuasa Ilahi yang manakala menghendaki terjadinya sesuatu cukup berkata “Kun!” maka terciptalah Hawa dari tulang rusuk Adam a.s, sebagai insan kedua penghuni syurga dan sebagai pelengkap kurnia yang dianugerahkan kepada Adam a.s yang mendambakan seorang kawan tempat ia bisa bermesraan dan bersenda gurau.
Pertemuan Adam dan Hawa
Hawa duduk bersandar pada bantal lembut di atas tempat duduk megah yang bertatahkan emas dan permata-permata bermutu manikam, sambil terpesona memperhatikan kecerahan wajah dari seorang lelaki yang sedang terbaring, tak jauh di depannya.
Butir-butir fikiran yang menggelombang di dalam sanubari Hawa seolah-olah merupakan arus-arus tenaga listrik yang datang mengetuk kalbu Adam a.s, yang langsung menerimanya sebagai mimpi yang berkesan di dalam gambaran jiwanya seketika itu.
Adam terjaga….! Alangkah terkejutnya ia ketika dilihatnya ada makhluk manusia seperti dirinya hanya beberapa langkah di hadapannya. Ia seolah tak percaya pada penglihatannya. Ia masih terbaring mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya.
Hawa yang diciptakan lengkap dengan perasaan malu, segera memutar badannya sekedar untuk menyembunyikan bukit-bukit di dadanya, seraya mengirimkan senyum manis bercampur manja, diiringi pandangan melirik dari sudut mata yang memberikan sinar harapan bagi hati yang melihatnya.
Memang dijadikan Hawa dengan bentuk dan paras rupa yang sempurna. Ia dihiasi dengan kecantikan, kemanisan, keindahan, kejelitaan, kehalusan, kelemah-lembutan, kasih-sayang, kesucian, keibuan dan segala sifat-sifat keperibadian yang terpuji di samping bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang memandangnya.
Ia adalah wanita tercantik yang menghiasai syurga, yang kecantikannya itu akan diwariskan turun temurun di hari kemudian, dan daripadanyalah maka ada kecantikan yang diwariskan kepada wanita-wanita yang datang dibelakangnya.
Adam a.s pun tak kurang gagah dan gantengnya. Tidak dijumpai cacat pada dirinya karena ia adalah satu-satunya makhluk insan yang dicipta oleh Allah SWT secara langsung tanpa perantaraan.
Semua ketampanan yang diperuntukkan bagi lelaki terkumpul padanya. Ketampanan itu pulalah yang diwariskan turun temurun kepada orang-orang di belakangnya sebagai anugerah Allah SWT kepada makhluk-Nya yang bergelar manusia. Bahkan diriwayatkan bahwa kelak semua penduduk syurga akan dibangkitkan dengan pantulan dari cahaya rupa Adam a.s.
Adam a.s bangkit dari pembaringannya, memperbaiki duduknya. Ia membuka matanya, memperhatikan dengan pandangan tajam. Ia sadar bahwa orang asing di depannya itu bukanlah bayangan selintas pandang, namun benar-benar suatu kenyataan dari wujud insani yang mempunyai bentuk fisik seperti dirinya. Ia yakin ia tidak salah pandang. Ia tahu itu manusia seperti dirinya, yang hanya berbeda kelaminnya saja. Ia serta merta dapat membuat kesimpulan bahwa makhluk di depannya adalah perempuan. Ia sadar bahwa itulah jenis yang dirindukannya. Hatinya gembira, bersyukur, bertahmid memuji Zat Maha Pencipta. Ia tertawa kepada gadis jelita itu, yang menyambutnya tersipu-sipu seraya menundukkan kepalanya dengan pandangan tak langsung, pandangan yang menyingkap apa yang terselip di kalbunya.
Adam terpikat
Adam terpikat pada wajah Hawa yang jelita, yang bagaikan kecantikan bidadari-bidadari di dalam syurga. Tuhan menanam asmara murni dan hasrat birahi di hati Adam a.s serta menjadikannya orang yang paling asyik dilamun cinta, yang tiada taranya dalam sejarah, yaitu kisah cinta dua insan di dalam syurga. Adam a.s ditakdirkan jatuh cinta kepada puteri yang paling cantik dari segala yang cantik, yang paling jelita dari segala yang jelita, dan yang paling harum dari segala yang harum.
Adam a.s dibisikkan oleh hatinya agar merayu Hawa. Ia berseru: “Aduh, hai si jelita, siapakah gerangan kekasih ini? Dari manakah datangmu, dan untuk siapakah engkau disini?” Suaranya sopan, lembut, dan penuh kasih sayang. “Aku Hawa,” sambutnya ramah. “Aku dari Pencipta!” suaranya tertegun seketika. “Aku….aku….aku, dijadikan untukmu!” tekanan suaranya menyakinkan.
Tiada suara yang seindah dan semerdu itu walaupun berbagai suara merdu dan indah terdengar setiap saat di dalam syurga. Tetapi suara Hawa….tidak pernah di dengarnya suara sebegitu indah yang keluar dari bibir mungil si wanita jelita itu. Suaranya membangkitkan rindu, gerakan tubuhnya menimbulkan semangat.
Kata-kata yang paling segar didengar Adam a.s ialah tatkala Hawa mengucapkan terputus-putus: “Aku….aku….aku, dijadikan untukmu!” Kata-kata itu nikmat, menambah kemesraan Adam kepada Hawa.
Adam a.s sadar bahwa nikmat itu datang dari Tuhan dan cintapun datang dari Tuhan. Ia tahu bahwa Allah SWT itu cantik, suka kepada kecantikan. Jadi, kalau cinta kepada kecantikan berartilah pula cinta kepada Tuhan. Jadi cinta itu bukan dosa tetapi malah suatu pengabdian. Dengan mengenali cinta, makrifat kepada Tuhan semakin mendalam. Cinta kepada Hawa berarti cinta kepada Pencipta. Dengan keyakinan demikian Adam a.s menjemput Hawa dengan berkata: “Kekasihku, ke marilah engkau!” Suaranya halus, penuh kemesraan.
“Aku malu!” balas Hawa seolah-olah menolak. Tangannya, kepalanya, memberi isyarat menolak seraya memandang Adam dengan penuh ketakjuban. “Kalau engkau yang inginkan aku, engkaulah yang ke sini!” Suaranya yang bagaikan irama seolah-olah memberi harapan. Adam tidak ragu-ragu. Ia mengayuh langkah gagah mendatangi Hawa. Maka sejak itulah menjadi adat bahwa wanita itu didatangi, bukan mendatangi.
Hawa bangkit dari tempat duduknya, bergeser beberapa langkah ke belakang. Ia sadar bahwa walaupun dirinya diperuntukkan bagi Adam a.s, namunlah haruslah mempunyai syarat-syarat tertentu. Di dalam sanubarinya, ia tak dapat menyangkal bahwa iapun terpesona dan tertarik kepada wajah Adam a.s yang sungguh indah.
Adam a.s tidak putus asa. Ia tahu itu bukan dosa. Ia tahu membaca isi hati. Ia tahu bukannya Hawa menolak, tetapi menghindarnya itu memanglah suatu perbuatan wajar dari sikap malu seorang gadis yang berbudi. Ia tahu bahwa di balik “malu” terselit “rasa mau”. Karenanya ia yakin pada dirinya bahwa Hawa diperuntukkan baginya. Naluri insaninya bergelora. Tatkala ia sudah dekat pada Hawa serta hendak mengulurkan tangan sucinya kepadanya, maka tiba-tiba terdengarlah panggilan ghaib berseru: “Hai Adam….tahanlah dirimu. Pergaulanmu dengan Hawa tidak halal kecuali dengan mahar dan menikah!”. Adam a.s tertegun, kembali ke tempatnya dengan taat. Hawa pun mendengar teguran itu dan hatinya tenteram.
Kedua manusia syurga itu sama-sama terdiam seolah-olah menunggu perintah.
Perkawinan Adam dan Hawa
Allah SWT. Yang Maha Pengasih untuk menyempurnakan nikmatnya lahir dan batin kepada kedua hamba-Nya yang saling memerlukan itu, segera memerintahkan gadis-gadis bidadari penghuni syurga untuk menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu serta membawakan kepadanya perhiasan-perhiasan syurga. Sementara itu diperintahkan pula kepada malaikat langit untuk berkumpul bersama-sama di bawah pohon “Syajarah Thuba”, menjadi saksi atas pernikahan Adam dan Hawa.
Diriwayatkan bahwa pada akad pernikahan itu Allah SWT. berfirman: “Segala puji adalah kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku. Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan para penghuni langit dan syurga bahwa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan mahar, dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”.
Malaikat dan para bidadari berdatangan
Setelah akad nikah selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin agung tersebut. Selesai upacara akad, diantarlah Adam a.s mendapatkan isterinya di istana megah yang akan mereka diami.
Hawa menuntut haknya. Hak yang disyariatkan Tuhan sejak semula. “Mana mahar?” tanyanya. Ia menolak bersentuhan sebelum mahar pemberian dibayar dulu.
Adam a.s bingung seketika. Lalu sadar bahwa untuk menerima haruslah bersedia memberi. Ia insaf bahwa yang demikian itu haruslah menjadi kaidah pertama dalam pergaulan hidup.
Sekarang ia sudah mempunyai kawan. Antara sesama kawan harus ada saling memberi dan saling menerima. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah mahar. Oleh karenanya Adam a.s menyedari bahwa tuntutan Hawa untuk menerima mahar adalah benar.
Mahar perkahwinan Adam
Pergaulan hidup adalah persahabatan! Dan pergaulan antara lelaki dengan wanita akan berubah menjadi perkawinan apabila disertai dengan mahar. Dan kini apakah bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang dipikirkan Adam.
Untuk keluar dari keraguan, Adam a.s berseru: “Ilahi, Rabbi! Apakah gerangan yang akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?”. “Bukan!” kata Tuhan. “Apakah hamba akan berpuasa atau sholat atau bertasbih untuk-Mu sebagai maharnya?” tanya Adam a.s dengan penuh pengharapan. “Bukan!” tegas suara Ghaib. Adam diam, mententeramkan jiwanya. Kemudian bermohon dengan tekun: “Kalau begitu tunjukilah hamba-Mu jalan keluar!”.
Allah SWT. berfirman: “Mahar Hawa ialah sholawat sepuluh kali kepada Nabi-Ku, Nabi yang bakal Kubangkitkan, yang membawa pernyataan dari sifat-sifat-Ku: Muhammad, cincin permata dari para anbiya’ dan penutup serta penghulu segala Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!”.
Adam a.s merasa lega. Ia mengucapkan sepuluh kali sholawat ke atas Nabi Muhammad SAW. sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual, karena Nabi Muhammad SAW adalah rohmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Hawa mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar. “Hai Adam, kini Aku halalkan Hawa bagimu”, perintah Allah, “dan dapatlah ia sebagai isterimu!”. Adam a.s bersyukur lalu masuk kamar isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala keterbukaan dan cinta kasih yang tulus Allah SWT. berfirman kepada mereka: “Hai Adam, diamlah engkau bersama isterimu di dalam syurga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini karena (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi zalim”. (Al-A’raaf: 19). Dengan pernikahan ini Adam a.s tidak lagi merasa kesepian di dalam syurga. Inilah percintaan dan pernikahan yang pertama dalam sejarah ummat manusia, dan berlangsung di dalam syurga yang penuh kenikmatan. yaitu sebuah pernikahan agung yang dihadiri oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat.
Peristiwa pernikahan Adam dan Hawa terjadi pada hari Jum’at. Entah berapa lama keduanya berdiam di syurga, hanya Allah SWT yang tahu. Lalu keduanya diperintahkan turun ke bumi. Turun ke bumi untuk menyebar luaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah SWT dengan janji bahwa syurga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba yang beriman dan beramal sholeh.
Firman Allah SWT.: “Kami berfirman: Turunlah kamu dari syurga itu. Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati

Aku Hanyalah Seorang Hamba


Kalau ada pakaian yang robek, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memeras susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.
Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyinsing lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur.
Sayidatina ‘Aisyah menceritakan “Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga. Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai sembahyang.”
Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda amat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, “Belum ada sarapan ya Khumaira?” (Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina ‘Aisyah yang berarti ‘Wahai yang kemerah-merahan’)
‘Aisyah menjawab dengan agak serba salah, “Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.” Rasulullah lantas berkata, “Jika begitu aku puasa saja hari ini.” tanpa sedikit tergambar rasa kesal di wajahnya.
Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat seorang suami memukul isterinya. Rasulullah menegur, “Mengapa engkau memukul isterimu?” Lantas dijawab dengan agak gementar, “Isteriku sangat keras kepala. Sudah diberi nasehat dia tetap bandel, jadi aku pukul dia.”
“Aku tidak bertanya alasanmu,” sahut Nabi s.a.w. “Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu bagi anak-anakmu?”
Pernah baginda bersabda, “sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya.”
Prihatin, sabar dan tawadhuknya baginda dalam menjadi kepala keluarga tidak menampakkan kedudukannya sebagai pemimpin umat.
Pada suatu ketika baginda menjadi imam sholat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan baginda antara satu rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggeretak seolah-olah sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama lain.
Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai bersembahyang, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?”
“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat dan segar.”
“Ya Rasulullah… mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergeser di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit…” desak Umar penuh cemas.
Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergerak tubuh baginda.
“Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?”
Lalu baginda menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nati, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?”
“Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”
Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang penuh kudis, miskin dan kotor.
Baginda hanya diam dan bersabar ketika kain rida’nya ditarik dengan kasar oleh seorang Arab Baduwi hingga berbekas merah di lehernya.
Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencing si Baduwi di dalam masjid sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu.
Mengenang pribadi yang amat halus ini, timbul persoalan dalam diri kita… adakah lagi bayangan pribadi baginda Rasulullah s.a.w. hari ini?
Apakah rahasia yang menjadikan jiwa dan akhlak baginda begitu indah? Apakah yang menjadi rahasia kehalusan akhlaknya hingga sangat memikat dan menjadikan mereka begitu tinggi kecintaan padanya.
Apakah kunci kehebatan peribadi baginda yang bukan saja sangat bahagia kehidupannya walaupun di dalam kesusahan dan penderitaan, bahkan mampu pula membahagiakan orang lain tatkala di dalam derita. Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt
dan rasa kehambaan yang sudah menyatu dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ketuanan.
Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH tidak dijadikan sebab untuk merasa lebih dari yang lain, ketika di depan umum maupun dalam kesendirian.
Ketika pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih lagi berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah hingga pernah baginda terjatuh lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak. Fisiklnya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. ketika ditanya oleh Sayidatina ‘Aisyah, “Ya Rasulullah, bukankah engkau telah dijamin masuk Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?”
Jawab baginda dengan lunak, “Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”

Pemuda Buruk Rupa

Kisah ini terjadi pada zaman Nabi Daud. Nabi Daud adalah seorang nabi yang sangat menyayangi kaum muda, karena ia beranggapan bahwa pemudalah yang mampu merubah keadaan menjadi lebih baik.

data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wBDAAkGBwgHBgkIBwgKCgkLDRYPDQwMDRsUFRAWIB0iIiAdHx8kKDQsJCYxJx8fLT0tMTU3Ojo6Iys/RD84QzQ5Ojf/2wBDAQoKCg0MDRoPDxo3JR8lNzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzf/wAARCAC3ARMDASIAAhEBAxEB/8QAHAAAAQUBAQEAAAAAAAAAAAAABAACAwUGAQcI/8QAORAAAgEDAwIEBAUDBAEFAQAAAQIDAAQREiExBUETIlFhBjJxgRQjQpGhscHwFTNS0WIHcoLh8cL/xAAZAQADAQEBAAAAAAAAAAAAAAABAgMABAX/xAAlEQACAgIDAQEAAQUBAAAAAAAAAQIREiEDMUETUSIEFDJhgZH/2gAMAwEAAhEDEQA/APNzEM4LYX0xTNYJCknauwuyxsQVIbbmo7eAxyFpTk8gVxtas46CtZRCF2zRFtLGvlY5Y80x1EiDJxgdhQ5yG23qdUBstFWLVpV9u9RyNp8qc9jQiFmHlXfsakjdRMPFfB7gVrbGbbQ8wlkLseTREBkKhBnbmuRyRLIdgU9zzRDAwBZIGyretMtCNDZNRKrnf+lOLLqCjd+5qKQkHUwyfUU+1GH1MhIb+K1XIGKstLdlSNncALjn1qquZhLdZU5UUru5JcQjZcUPErDUc5XO2aLbekam2ESysjDJyvtTZrvU48pOBsDUM0hZ1QHKjipI4ixDNliNwoFMkAmeXyszeVmHAqMqXj8Tkds0almZRqlGnK7D0pInlA1jSpzvRSAkCMutMNyBsMVA8fgx6XO7cYotZI0uXkfJQDYGgW1zz+K/lXtQ8HSsLso9CCfV34NEzyqUbVGCe+aFtALgaQdk3qaeMMnhO+nV+v0rVoLVAlg8btMzHDKfJg0+5MUzKxmVcnBGOKjezWNsQtk8ZPeoHtmMpJOAO1amL6cVjHI2CSoOAR3qxijaWVNGolthnvQbIpA8BCFHNd8ZwuMkgcb8Ur/A1Za6MZh8gYZDqRxVdErpdGGXPhjjauQtJIzOFY9yTualVnD4dhjOx5o1SN0MnSMEJjLcHNK5tUiz4YBQD1zvT5vn2Az6mo4Ule4+fI0nPpmlxt2EFaJ1BIAG2du9G2sQMJ8X9S96CKMkuTsKKikZwEyMnjNOmkxb2QxxpE5ZjuTtQl2GZj7DINF3CgqVycDOCOaDhBV9MpJX1rWZ29kVvIYiD/FNlfxCXZfNUl0PCkI04P6T6ioV8QKSw2YYoW3oZKyEE0qeCRzj7ilTGobGvO4weDT0B8QKduwNHw2aZwhDZ39KLaxOqIomQOa1pjuSoGjRgPKc5FOPhpjUNbH04o28TwIgvh88gUGjSvlERUHqTStCY3uiKVTImNen/wARUUcbBPOwXBxvVj/pdy0HjeVl5wO9A3tvuHdmQenOKXFjJNhUUAcYjdZHAziuw3QjcpLsO6ntQSSrAurW+exAqOWVZmyhbWecjmlwYHGi3SQlyOVA296nEytCqhsMTxQ0EiosKZGSMb9jS834wRvHjB+xpkqA4pEF3G6SsGBz2rqCSKLD7DkA1Y3tv4pacfpHFAtG7uurO3amxFxbZyyUNKzSjbtWk6VDbjEmnLnYA1TWyBpC8gJAHAFWNg8kYLkaT2z2FViqM9aCeqSJApVO/NVE1xHCo1KSx4FE3WmTLMxZ+wPequ8bQzZHmpZMZR9Ip28aTC6sGtF0voE97aqk6CHOwJ5x7iqrpZjhKyuPzDvn/iPb3rVWvVo8BVVwVG2lsVbj4b2zr4+KNXIN6f8ABUEYbF4wLDBCxjb+aC658E9St4PEsil2gG4QYfH/ALe/2q76T8QwPOtvcOmptgThW/jY/Yj6VqbO6SeHxIZVkjzgkcqe4I7GqS4l0NLhg1o8QRHkDRyDDId9sFaZdDCeZwxXgivT/jD4XPUYpL3pZEd4R5lAwJh6H39/39vKDMFZkkUhwSCCMYI5zXLOLgzj5I/NnUYhdG4PtTVQHTqJweTXGlxIVCgehHelHIXkK7jfapImFfjDEpSFNKkYO3NBySOTHgd/vSnR1O5OvOwHpQ0jsrasjIG2K0rGSDfGwXV2ww3yaMs3YRPJp+bbeqYSPIyknJ9aLedlAGfqKCdIDJdaFy0rA42AqKSRfHLImgdhmomkGMgeUnvTVceJg7HGd6FWwUTo+snHJpgZIhhxqGrf2rhlLMirgDPOK68eSxUZDDemj2FIIvIEnhHhrq8MZGKCZcRspGY8An1BqzRtLR42GBrzTb9UgiJiGvW/mHt2q9Jhi6KowSMdQjDA9/WlROl12SUqvYelKtQAu1SND5zkjbDCrW1UllUeudqqWkilRXGVcbNipbafSwILH0Nc6k0PZadTsTJGArDVnvVKnSUhl1zs+n1AqzSWWTOH2/mjIInKKfGz6DtTp2NZDayqLUwnUUxgYXBrgsoZIywGooMYbvViphjIbC+ITjy8U62GuXQNJxuTjBNNsy70UV30QTRpJ4ZCdyvaq7/TLcshSdgeMFa3jxqy+E0ZaMjgGgpbCK0Ie0wx5wRnTTJaH82ZZ+j3Mip4aFz6rVz02xlFu8N/GNajySE7j2NEiWWSRJiRGq86O9TSXUekoFypO7A0KRNkQiVLU+IgUk7Y5NB3Uca40IASMHPNHECTAiO+NgaAuZ44ZMS9u9DoEQcIUTy4zmk0znJx2omynhuJhCYjq9KLubWMsWQbD+ay2FpMrGTxIsKfzBvvQMirIp8UZIB2q1uLcoPGUZHfFR3NsWtJSpwqoWO3tRS2C6KNJm1KRnYbYq26feyRuWjZo35yDmqSF9ZyDRSytEWxwO2a7D0Is1awm/izJJHtv5hp/nfHP9Ku+k3tzC8bLIonYBfPt4oH6W98cNyDkb98d0nq720iSadaqQSfatdaXMcty8iLqi4dGHyqf+j/AB9KLl4ykV6jXW94k8bvEQdDGORO6sPb9j9CK8v/APUbpIt+qR9UtlxDd/7mOBJj+4/kGvRLOEhmkjJEuAGIPzAdj/3QPxXDFe9G6hEyoWRTICG3BUatx642+5pZpTg0c/Pxpo8qRY0ETIhEgGSDvmi/GiiiyyA7kgAb5oFD4jA+JpIOxPpRSweKCxycn5vWuC9nm3sr3mZ2YHljzUMsJ0EAYx3NGeEDIWj3UDk1BJkvpc570HLQy0Qwx6WP0qVssihhk+tSaQcEbEU10MaIMd80v+wKViaJSq6SR7UpEBQDG/c1MPMoLAahxTZDsuoDbmhbsNjWULGAo82MZqSCNwy6jsOTSTSxJIwAasHmjigxgMzjYZ4p01Vj6YG0TFdRY+Y4OfSnJ+S+GGpGwB7U2aTyrGu+/rTZnHhFhyDgZqkZCsbLAniNqzk77UqHaQljmTf60qfJAphVoEjYNIR5hgZFOMxRlTAOk742oRxNJAqOvmU4AzU7RTy2yyKFUodLbZNTSLOrL6xtBPaLK35RbJ82wxToCrTZ1NoQHAFUrvevbxiUyHRsF7U61M6uHfIX3p9VoWn2XUhMCYc7ncCnWdyz6ndNO22Dgmg7i78RQxTA4B71FHceLlQD4hIC44NI2kK+zSWl4TKgYADTnHeuzSQyNpBK531cVRQXEtuCdWHU4J9KN8dZbPxGjVjnGc7gU2SKK2gqRoYosAqZG3yOMVVXc1pbrqluIVbkKTufYCs58RfE8wZ7KwIXs8g/T7D/ALqr6W6xyLLN+ZI24Lb7etVhx5djLjb2b6PqnTVTxZJ1jYjAVtjUc0nTru31MwkZW4HJrD3Fr+Od5nnBYyBEAGy/5tUvT+n3NsWkjuNDI2xB2I9xTvgXg2Htmz/FWzhE8Bkccup82KfA6NG3gylh6NsaqZbtmtThR4qnzaR+9E9OR3TWurSNzXM1KMsWiTi12WMdwAg1DzHbB4p1wBEj62yrDDAdxRFp00PB40+QOQPWq2YtLcFnQrGOQabaQtfpUdMVunwSXZS1ZIgwdbhAfEbJAUHtsDuPWh+pSwPda7UYhkAZFJyVz+n7Vb9Pa2uvx3T3l8J2YsgYf0/nI+lZu8PgSJASjvCdDFTkE7/910p3R6mnxpoksFf8nQzaXHmHqM/xW5+HGR5laNgxkXzqW7cYNY/pcXiMkcDASgjGrjHfH7ir3/SuuwuHtIw+W/Sw/fH3rS2U440rPSbUn8K6O6mQALq7kep98fyKluJrFI7i5u3AtwCGJOwXTg/3rzK4Xr9rePJcTNDbrEC4LZOfT2qX4p8VIOnW8l0Xt7hTLIVXAZs7H3oSdJi80lGOTMu0gwYl4GwJ59qmhmmg8rlgmOPSlZwI0rExF0GfMe2KImVmiZJAAWfnHb0rgSp5Hj4JsFXKxjDZVs0yRdYUkeYcirG4sQlrGAQDgFajWBm8gxrG4NLVuzY3tAMTZdR67AGi/wAMZDg7EnmnraGE/mbudw2Ke07Rs4c+XHlOKNIRLYPcR+DMVV8pzQ00m3IGTU0twGlVmUMCPMaECG5uMR5O2d+wpHFthavRJCwLY9TXZXUyl0z5eM122gkYuABkHc+ldEZ8TJAwRsKZRfo8YsiEmtlGcE8mnTsGXQTgKO1SxQCUFlK6h+nufeu+DbrkNIS7ggYHFUS8DiVpjbPY+9KpVDlcjX+1KjgamWz3aSzIugGVDjJG1H9MnVJZYHxpkGDnsapbiMx3AaQ6e4NdtL6NLjONZzkadgaZP9Hk96LpQrLNG8zhxw2NqDvLuGKBLcASTd3VuPtTL3qCS5cIUUnffcVTXbwrl4nOWPJrNZGWg1Lp5UzjUy9hRVldNHqYDL44xVXbNkBY8Ntz3o2zkCMyYwvqaR34bBNBTyuZmaZcOwzQ3V+rmy6TKi7SykKhHarNYHYGRvDkAxvnisX8TXQuOoGJdkgGPv3p+ODb2UhHdFVGMnc7sdyaJglZpiR32A9qHBwV+hNS22oOpUcnau26LVZruiQxtHKpUE6Af3zvUF2AWjizhmQoceu4/tVTFeXFpI3hToA2F+WiBbdQkU3hX8pGJMnYHtQspVqgy1lMeHJ3OMj1raWdzFHaRFABCwBGORmvNTdSsH1MPL6DntWv+G5GkttMhOnJ/j/7peT9Ofljo1muaAOly5VCupcioFSOWJUuYkcncN3FC9RvWtrXxLlxhF3Z+MVmpvieS5ZLe0UKQDqcjfH07fzUoqUn0SjBvoqb2XVcSTqcedirDbG52qvVi76skkHJJ33o9iBqUjJ3I9/aq5V0zhSCO+KutI7nGqSLTpq3EdxEY1bUD5Tqx/Br0TpHVOolFiMjHAzp0LqIrz20MczFnJyjbKDjSK2fw/cYjkaN9RGXUk4wdgdz9qWzp43RB1i8/FdTME1ySiorjxDhTn6Y7VZdatbS76b0meKSKYDWjaG4Gxz/AFpXVr4UJ6h1jp0H4VSuG8VWLE7bAcjuaqJurdNgnkD30cKL2jiLfvpBxQnfRD+s5aWFdkZtobPXHHJkMdQ+ldkcGMONLDvntUiSJcSgRtrIG5CE7fT7068gskSLE7RF9nR1I3rnw1R5lOtgKxSzBZGlwQchTwaYutXYjGls5PcVPMJLRi0cLSRD9S+YAU13do1ZbXCk/MO9LgDdHYHM0jRzamAGQcUPNbamCB8gcZ/vUkk/heZvywRge9PR47mMvqKyLvp9a1WJQJ/p9wkbqdB1bqBUcVo0CapAAw5I/pViJHldQAxHrjikYdccnlKsRtqOQaD30G29FdDq0MUXDOcnJ7U9wU0h005Gw7fWijD+XEijfg4rkMI1nxgfJ3G5ApWn0PtIlt1aO3RMI6KSyexPNDSRW8j+LK2HQ7Im29dN86krGE0g+XI4pCRjAskaKNb+csOKeKS6A7sBaRwxEayBc7DFKjtK9z/FKjZtgVxeRzlnhiYyO2lY1GcYoZ7TqiSGVemyKCNlAzWk6bkQM0SQqc5BxgCrQ3Vx4aLG0aykb43FdK4kdGCTMXDPcr+XfWjrnbJQ0a3S472ENFEiqoyxrRXVxekDVbxtpONZ9akSbWuG0q4XzYHNZ8QHx/hn7PpNtFEkvjaiRsF7muNGrjLxgFTyO9XF6IFQGZTGq/KEHNZ6WXQ5UvhTnSM71L506HhHVsMM620U8rAaAhbGcYxXncjmRmdjlnbJq36tfyujoH8jbcc1SZ3qsYpDpJMdvzWx6D0uzuLZBKAWPescT5RWp6XI0cEckZOMUWUhV7NSnwjCsIeSWN4YwSqkcVc9APRx0+86d1CWKITKNOojPsayy9c8GMC5k0xHnPeq1brpAnM09ndyw8sVA8w+5zR7K6XRvZPgjpy9Iv5jcpNI0LmNgACDjOfrtWG6X1qOwtZFnTKkZQjnOM4/mrLrPxRALO6l6Y7rbzpojQrjSzLgjHtvWESRJdmkIIGFBGwrJZdkebFqiy6h1e56lIhbV4aLhUJzv3NSdGgjWOSXVmV8asjgen71XxaUlAyMN29DVja2zQoskbHDsQwPr7f9VbDVIjBqDO3rjxFRGGVOSRv9qd4DXCa2QnAxrH+f5mkbaNZPDZhFq4LcZ/z/ADPGg+H7QXMDWukll24596Rqjp43kzMxrMsgUxsxHDptWu6MY1gY3sN1bRBRrcxt5x66uAO370S9jaWECu6+YuCwxkkZoT4g63cTdGMWhrdJRpWH9TKCcFvqSfoMUsYtsMpKCA+sdZ6fPdWvTujs8kQVmkLsdIYnYKONhnjbequ6aOzGAoEWc6e8jeh/ziqG1jkjlFxnAEmkEMAdWM8URfPNcSLNI5YYwBj5arF1E55/ylZpvhX42vPh28eUWltcJMRrLAgtjsGHHPfNepX0nRfjj4Ques2kTwXFqjuxKZdHRdRBxs22MH0PbcV5R8IfCd11ua3knDw2UshVXxvKQNwv07twM/avoPpdra9PsIun20EcVtEvhCNR5d+R75z33OalOmysYujw/pN1fWtxcRRyRukgHnj8ynO4/r9qsmGqTw5gEmO+nOxNM6nbN0i9kjRJEgV3/Dl9vIGI7/8AkG+2MZoFL03EyyuyvvuW2Iqb4pM5mlegi4tIo2b8RGxOMiM9z7UC1tKjmND4YIxnG9GXXWM/lNGJFQ7Nn+KbNeu4co6DSPlG5pVwO7sn89kc9zcWuHAKoq4IxsaBSS5lk3ICk5zntTru5uLlQJCcDY44qJkCAZAZfY8Uy4P1jqC9LBY2A1xHI4oRUuWLyrq76xngUpLvTCiBTGEHOeRXYr2a0dlTJUjd/St8UvQpJMrjOrSaonxg5IPajYuqWxIKvl8fqX96guLS6vLhLhbNsOM5Qc0KsiFypt9AbIDMKX5x8ZkossXgMrGTxCNW+BSoX8RIvlQ5UDApUP7dGxRpnkitoyIir6n2Uijcs8aPNEA+MkjiqWGVHKxupUgc1Yswtsq8rSqy5G/FdI/Zy7u3Vz4jjQBxTLZWntvHEmMcK3cUJdT2AmghYlg27uTmmQeAkum3nDKTsnpTUKW00bXFixJUrjCsORWGn6PfRXa3F+rx2sh8shPNX73lzHcPD4mlDwcYFAXrXEnUoojMZUC6hETtqpJL0NsoPiZbZLxUtZhIukHKjAGw2/fNUtH9XnNxezSGNUGrAC8DBoGlHF+mrXpXUBCvhSfL2NVNPjoMMXs19tNFKD5wc+tMe1lj1vD1KCNQCfDd9II9M1mvMqgoxB9jXCdZwzE+pPejFMo50GzdS/Evqlck8bioJoUlGpCM+opiQxtsdvf0qJ1e3chW4qm62RsRZ1XRJkgfKfStT8K3Md/41lcAYkUEE9m4z/T9qy6Ta2CuAAdiasOgP4HVtKnGQRmjGWwSWjTN003sT2mQl1ByjnZh2IPIFAQw3vT5MKsqkcxnJB/arvrmu0uLPq0I9BJj+RVrMz/lzQky28267Z0n0q1WTsztlcMQAIZmyflyTj96f1S4X8O0oQBpBpXvsNiasLl57iZLGJBE7/7jDlU779s1S/E7rGkgiGEjARAOwFB6RlszWX0NNGgZQ5GCP3qw+GbabrnXbTp+MRu48QjkKOah6fAJ+mfOVIZthweKP+C+uL8LdTn6jPZG5PhNHEA2NLn5SfbI3qUk8bRWMlls9k6XfWcfX7lgoFh0S3/DKyjCKwGqQ/YBV/8AiaMh6xJNe/DtuoIlu5JbmVeMAL/TMg/asY9pdxdL6P8ADfma76vN+IviMEtHnW/f9TbfQGhb34wjt/jXq0iwtL+GtDY2UiEARuD5mI9NRPH/ABFRUW2dMpqK2Z7qXVpL3qd1GZi0AuZjCCchQzk4HsagN5GJAqwhiq4AGwNUkcmGODw5x+9bjpvw3bdV6HBexSaZXBD54DA4q02ls5VHJ6KT8RFLEAYvP3XOwpkzhU22IO+DzU910t7ScLcCMnHzBtsUE/JCkNgbelC7BVCF22nTk4PApySY5zQk0pAAxpI9KZFIxcjIOfU0LMW8CzTuqa0I7BjzUso6lHOC0OttOnCjIwKqbJj+MQkF9J4HrWpW5u1Rmt9KnV8z8N6gVy83K4yxoScqdD+ljrMmPAiVI/cUD1S2ms5B+NtBhskNG2xNGWvWLjp7ufCLgLupbYE1D/qSTiW3vyQufJ3IzUYOaWWP/giu7KTwmfzKjkHjC7UqvR0vSqg3jKcA4zjG1KrfdA+sRkKRSSl1yDtT5oW/EKwyx40CobCYFyTgg/aiJHZ7gSGXSR8p7V11Z0dFZ1OS3W7Cz6YsjstCePEFAg1Ek84wKt+p2a37CYhVmxv6GhoegmUDTMEkbt2pdoOmdZJ7mFFeQAD5cDcVST3B6d16Nll8QBMaiaKvob+wlIackAdvSqbqESTWK3omBcvpKHk0GzUATSGXUccnc/cn+9QA08M6oV3CnkUygE5U0CFm4pgGCurg1cQQxW9u07HIAzj1rNDRK2Y6fKOe9Rgmmuxdyx5JyaQploV7JkfepZ2BiyeSBQoJBzUzODEg2zqp0xWiGQFH2GMYNE9PlH4+Jn2DHSSO2dv71DOyszEb5A4qEEg5HNI3T0HtHqEUi3/wyPFB8QLobPZhRXwjOr9IkVyG8FipBqk6DdeJZ3cZOzBZAD9Bn+tFdDjaO6leI4DjzL2auleEnotraHwUuLuT/clzjPZazXxFb6ulyS5zkg8e9arqcnh9PmYnG39qpr+2M/w1gnU3gk5/kVpLVARkOgXESQSxSOFbVkAj2rtwYZA8TMMMNtIJ3z/+VWj8u9yuwbfH1omQ5Ge9TjL+NFHHdhdh1e4SWJ5bi6M0OkRSiQ6kCjYA5yAPSmWVyiXshaTGWPzcmghu596hdssWzvitlQXGydXJH13/AM/itN0O5newNusreGjltOcDJA/6rJRt23q/6LMUimUDPBpX0ELumdiSMs3eoApOSDjuR60R46hM4IIHeoorhJiVXSfalFBrhMrscN7jkVXCJpXJ1lSO9aKWIPCCwww2JqpuLOTxAIVZi3altBouOmQ2kXTJJppCJQckL39KITqksVhHE1wSJGJUYHlrNstzA3hXAkRjwCKmt43kdIwjlicD61GXFF7bJOCe7LG5vHbWiZYPGFII71NbaTPaXEoJRlXxM+xwaltYbaJxF1KB4JSNpRuD9RVjH0oS2rlJtUQJy0eDsfbsKjycyhGjWkgXqF7E17KVI052we1KpE+FoWRWa5jJI514pVz6fpH5w/TM2fxHGqKJYMOP1g7ftVvYX6dXk8C30ocZ1E4+1UQ6VbnIwQeOarHjuLS6KQs2pTsVr07Z3UeiXNh1G1g3SOSP9J1bimR/iRCsjQhQuxIO5rPWPXuowQ6rkCUcBWO5p0/WevXMJ8KIRRDcDG5qia9Ep3otevS5sTIseBpwzMMVhYDqJycqu4BqS+v766Ph3UshAPyHYftUKLJGp1IQGGxNKmsjO6OXDBm2pJESB70wLlhnuamlcnKJ5V49zTLbs3WkKVUZB4Z1Mo3x6Uw3EhhMRbKbbemK7FlVkHqtRMMVpW1Zlo4DTqZXQaRMYdztXM0s5+tNrNmH/pJplPb5a5pYIHIOknAP0/8A0VmY1fQpCIFYHdoguP4/tWu6TAIoQds1ifhyTMcYx8rEfzn/APqtlaSsV0Dk5/iumHSJS7HfEUmjpckfGWGKlRQbK1ifhxoO/Yiq/qzi8lhgUb7FhjirK7JSGFVAOgDv6U3op5h1GHwrjT3Tn7YpSlhsFJBFWXX1Q9ReVR5fGKMP89gP3quU/lac/KSP2qK7ZVPRFGfODUHcg+uKlHzVFLtIR7k0rCSR4A+3/dX/AMNASTyqQTlcAD6is/Ev+f59asbG6azV5U2Omi1aN6XV70+QvhWOM7jig3txbNrQAH2NBDr0upvEBZWOdjUU/VEkHkVlJ5FImZovoZhKgQkknitHcW1j06GPxPNLgH3/APqvP7G+y41MFYbgn1o5+pKAzNOHbB75qc1aEnBy9NjctHcQ29xJEoQkEah2ob4gEfT7aKe3hxE5BLjj7elZSb4hkubK0sx5EtyTq/5b7ZpXvXp36ctiriS3dThD+g1yrjlZzx4pXssOq9StGjWW4tyXkXUrpIcE1X2nVZYp2eCaS2ULypzgfTvRHQ+htfwCKeTSS/kwNRT1OKqeoWcvS757eVg++A68MKpUJaRZKD/ibu065YTW0cl1b28sxXzvnGojbOKVedrdKg0+CpxtnNKh8ED4I2dnZeKNWxxyB2rNdREq9Ylh+XHH0q4iub8uZgQi544qv6vG8/V4pgwcyICcdjXVRew60aGNFIXW/bPrV3Y2jyBZ7rJjU5wDiq6x6eqWxmc4ZTxjmjYrst+UflxTRQsmDfEEFsk6TworEncgcVmurKqIhTYMclfQ1prnXcWzxggqD5exqi+IbZoLS2ZmHmJwPSjQtspdh9qlC6uBUHzHAB37UU0nhAKUXUd8DcgUyZpJ+DAuGO36T/SoJxhgvoKn8b5vLyCB7UNK2uQt61ptYhin6MrtIV2pIc4aQ5pGkKHpjrVzfAGdqRpw7/SiYuugOFibcjEmdueBx+1ae3uzgNGW55PNZb4ex5wRkFh/etJHxpjXv2HFXh0Tl2HWxHj+JKfzG5Pp7UbPPCuRJMo223qrTp8lwcO5FEf6OVQlH8w7nenEMj1hw951BFOwZZB9dgf7UHKcyEjl0VyPfg0T1UE9Vu/eIgnsTtQshGq37ExlT9qkVXQNwxqOf/eb/O1TMN2qCf5x7gUsuhiaE/5+1EDARgwyNJyPtQcR/wA+1GLvG5G/lNMugEn4ezU6jE7pgHZ+KtbfonT7yFHgjlBPOXqt6RNEJTHOuY2GfvV/ZXwi8mhQnbHepBoAufhu2jBZZJcDbbB3oJ+k2cDZnefR20gVqhcxzLpDBe4zQVxLFICmjI7E0oWkVCdM6VImI2uC/qSMV1OjwW88bEuTnK6uDRbRIGUhQBxtU08z+FHCgxhshmHFB7VAatFp8K3cPT53Mx0u5A42UGn/AB3023ntoLyM6ZtXmxw3uKzUF5Kt2Fu49UROlynIHrVhc3hu75LUF3ji8sZAzqPrXMuNxkc/yrktGfHSQ25k5PpSq7eJg5BUgg7jFKr/APS9BQuPDZo2jyDtgiqyaaGwv1knjLCTjBzpp7dVeLMZYNIOCFoWy6jLCJmmgjdXBAYjdavpA2y/lkX8MJYzmNuDmgY2wwK5GfWqC3vrqLUhSRojwhB8tSt1eddOuPSB2Io2gUaNUYydsHcYqu+LABZ2POC7hiftU/8AqH4mBJrSBmZByeKqeudUmvo44J4Uj8I5Gnvn1rWCtlWmNZbkLvSkYFwV/wCO+abEfMR2IpHK7jk1uw+nSRggAcHeoKk7H6Uyll2MhCu10YpHHrWSCMrvauUqUx0ciug80lXyltsCkODWRi16Net09GuEiSU6gpV1yCMb1p7L4us9hPYqnroFZ/oJuIrWa5t44pljOZYXGSybZI+lX0d/0eVFcQvG+MsgUEfvXRC6JyL206x0W9IMcrROeQwxR5jtI9/Ez/8AIYNZM3UUxxaWW/8AzYcUVYqfxIPULXxYWGMsAdPuKexGjP8AXJPE61eKkKxCJSgAbOdick/aqu5zqt2IAJyNqvuuW1pF1N/wZJ8RAzjHG5H96o+ori3ikUEAN9s4qUl2UiQAMSwYYOKguPmX/wBtFZHiK3Zt6GuxpcD0FLLoYbGxBG3pRkDBvKdiRp/tQKaicD6UbAZNidJ71omY3p7KZ9LnGQQPrVuhKwgueNs1VTWUikzRnYnIxyKmgbbTNK5DDbFTeh0WSXZ8iKMAmiIHLsVBBA9e1Z4pcLITE7AA7ZrkjXoOWLc5rAZpWV1IzgjO3tXLhwUAJwO9Zr/UL0bGVtvUU9uqXT/Ppb7UKNZYknUdPccmrj4ZvYbW9WW4I8MqQDjg1kfxMzsAcgE8DipEvdDEMpIB2GaWUctCSjkqPSbmK1vp2uVUgSYI7dqVY+3+J2ggSJoSSoxnNKuN8PJejl+Mwm3jSctPJM6uq5K4yDWw6DfW8ieHPHEARlW8PNKlXrRVFG2E9Wtlv7NHHhFyfKVTTge9YXrfgxTLbyIpc5GwpUqM0GArOAoY7aPYFc5ql65GUnBOAT6UqVT9KorM4II7VI0noMClSrWGiPkGuClSoPZkSKmaa6Y70qVGtBI6VKlUzHRwa6PlpUqKRg208SMJLDM0ToSQynBq4tOpTltUttZ3fqSnhv8AuNqVKqxEZobI2nVIh+C1wz94XHf2I2o09PvJIlBcouNxkb/tSpVVbJtmQ6hDLZdb/N3WUaM5+4/kCgeqYFrwcatt/elSqb6ZSPgCrfkoe4zSvd9DeopUqR/4jg65ztRcIYD5sYz/ABvSpVoGZpOj2cVza5eVhIJNCjG3AxREvRwWZVZA6+x3pUqWfYF2Ai1EcrCU6kHcc0wQlXIyCp9e1KlSrsNkdxYoU1qoJ96CnscwiWI6QORSpUVsALH4ivp15FcWEu4C4JJ70qVBbYQxrcA7jBpUqVEJ/9k=Nabi Daud mempunyai sebuah majelis, dan disanalah Ia mengajarkan risalah dan tuntunan wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Di majelis tersebut, sering datang seorang pemuda yang berwajah tak sedap dipandang mata. Pokoknya dilihat darimana saja, wajahnya tetap saja tak menyejukkan mata. Pemuda ini seringkali duduk berjam-jam. Tak jarang ketika semua orang telah bubarpun ia masih merenung seorang diri. Tapi ada yang aneh dengan pemuda tersebut. Meski sering datang dan duduk lama, ia tak pernah mengucapkan sepatah kata pun, baik untuk bertanya maupun untuk mengemukakan pendapatnya.
Suatu hari, datang ke majelis tersebut malaikat Izrail sang pencabut nyawa. Ia memandang pemuda itu dengan tatapan mata yang tajam. Nabi Daud merasakan ada yang tak beres, kemudian nabi Daud bertanya.
“Aku diutus Allah untuk mencabut nyawanya minggu depan,” kata Izrail sambil menunjuk pemuda sang pemuda. Kontan, setelah mendengar penjelasan tersebut nabi Daud pun jatuh iba pada sang pemuda. Kemudian dengan penuh kasih ia mendekati pemuda tersebut dan bertanya.
“Hai pemuda, sudahkah kau menikah?” tanya nabi Daud pada sang pemuda.
“Belum,” jawabnya jujur.
Setelah mendengar pengakuan sang pemuda maka bertambah iba lah nabi Daud pada pemuda tersebut. Ditulisnya surat untuk seorang pemuka kaum Bani Israil dengan maksud meminang salah satu putrinya utk dinikahkan dengan pemuda tersebut. Nabi Daud meminta sang pemuda untuk mengantarkan suratnya, dan alhamdulillah, pinangan tersebut langsung diterima. Betapa gembiranya hati sang pemuda kala itu.
Maka pernikahan pun dilangsungkan dengan semua biaya ditanggung nabi Daud. Setelah berbulan madu, sang pemuda yang kini telah beristri itu datang lagi ke majelis nabi Daud.”
Hai pemuda, bagaimana bulan madumu selama seminggu,” sapa nabi Daud ketika melihat pemuda itu di dalam majelis.
“Aku belum pernah merasakan nikmat Allah yang sedahsyat itu,” jawab sang pemuda. Nabi Daud teringat, bahwa hari itu telah dijanjikan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa sang pemuda. Namun anehnya, malaikat Izrail tak nampak. Nabi Daud pun meminta kepada sang pemuda untuk datang ke majelisnya minggu depan. Tapi kejadian serupa terulang, Izrail tak menampakkan diri bahkan sampai delapan minggu.
Pada suatu saat datanglah malaikat Izrail ke majelis nabi Daud. Pada saat yang bersamaan pemuda itupun hadir pula. Nabi Daud pun langsung menegur malaikat Izrail. “Mengapa engkau tak menepati janjimu padahal beberapa minggu telah berlalu?” tanya nabi Daud as.
“Wahai Daud Allah telah mengasihi pemuda itu karena kasih sayangmu padanya dan menyuruhnya menikah. Maka Allah memanjangkan umurnya sampai tiga puluh tahun lagi,” Jelas Izrail.
Subhanallah, Maha Suci Engkau Ya… Allah……..

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google
GS99. Diberdayakan oleh Blogger.
free counters
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

backlink